Saturday, November 13, 2010

Mangga Indramayu - Pelem Cengkir

Buah Mangga Indramayu mempunyai keistimewaan tersendiri apabila dibandingkan dengan buah mangga lainnya. Hal ini disebabkan karena buah Mangga Indramayu lebih enak dimakan sewaktu belum masak betul (hampir masak). Biasanya buah yang mendekati (hampir) masak, daging buah  berwarna kekuningan dengan  tekstur yang kenyal serta rasanya yang manis sedikit asam sangat cocok untuk dimakan mentah atau dibuat rujak.
MANGGA INDRAMAYU (Mangifera indica L. kultivar ‘Indramayu’)
Nama lain : -
Suku : Anacardiaceae
Latar Belakang
Buah Mangga Indramayu mempunyai keistimewaan tersendiri apabila dibandingkan dengan buah mangga lainnya. Hal ini disebabkan karena buah Mangga Indramayu lebih enak dimakan sewaktu belum masak betul (hampir masak). Biasanya buah yang mendekati (hampir) masak, daging buah  berwarna kekuningan dengan  tekstur yang kenyal serta rasanya yang manis sedikit asam sangat cocok untuk dimakan mentah atau dibuat rujak. Oleh karena itu Mangga Indramayu cukup banyak penggemarnya terutama untuk dimakan mentah ataupun setelah masak.
Mangga Indramayu juga mempunyai daerah persebaran yang sangat terbatas yaitu di daerah Kabupaten Indramayu dan sekitarnya. Oleh sebab itu untuk melestarikan dan mengembangkan Mangga Indramayu maka dipilihlah mangga ini sebagai flora identitas daerah Kabupaten Indramayu.
Mangga (Mangifera indica L.) berasal dari kawasan Indo-Burma.  India tercatat telah menanam pohon mangga ribuan tahun yang lalu. 

     
Pertelaan
Pohon tinggi mencapai 25 m dengan diameter batang 80 cm. Kulit batang abu-abu kecoklatan dan berlekah membujur. Daun tunggal, jorong sampai lanset dan kaku. Perbungaan malai di ujung-ujung cabang, bunga-bunganya padat, kuning kehijauan. Buah bulat lonjong, kulit buah kuning kehijauan, daging buah kekuningan dan rasanya cukup manis namun berserat. Biji satu dengan endokarpium di dalamnya.
Ekologi
Tumbuh di dataran rendah dengan musim kering lebih dari 3 bulan. pH tanah yang disukai untuk pertumbuhannya adalah 5,5 – 7.
Pembudidayaan
Mangga Indramayu pada umumnya ditanam di pekarangan dan di kebun-kebun. Perbanyakan biasanya dilakukan dengan cara mengecambahkan biji atau cangkok. Namun untuk kepentingan komersial sering kali dilakukan dengan cara pertunasan dan enten.


Musim berbunga dan berbuah
Musim berbunganya pada musim kering dan setelah 3 – 4 bulan kemudian buah akan masak. Musim panen buah pada bulan Agustus sampai Oktober. clearinghouse.bplhdjabar.go.id
.

Pusat Jongkoan Wilayah Pantura
Untuk mendapatkan oleh-oleh khas indramayu ini Anda bisa mendapatkan di wilayah mulai dari perbatasan Indramayu-Cirebon hingga Patrol. Anda bisa menjumpainya di beberapa ruas sisi jalan yang menawarkan berbagai macam buah mangga mulai dari Gedong Gincu,Arum Manis, Golek yang merupakan kesukaan para pelancong.


Wednesday, November 10, 2010

Dayak Indramayu

dayak-indramayuAlkisah disebuah dusun terpencil muncullah seorang yang dianggap sebagai guru. Dengan segala kelebihan yang dimiliki, hasil dari belajar di berbagai tempat selama dia mencari arti sebuah kehidupan. Guru ini berjuang mamahami hidup dengan berbekal ilmu yang diperoleh dan hasil dari oleh pikir secara pribadi.
Pada tahap selanjutnya, sang guru mulai mengajarkan apa yang dia temui kepada beberapa orang yang tertarik, hingga lama-kelamaan terciptalah sebuah komunitas yang sangat menghormati apa yang diajarkan oleh sang guru. Komunitas ini semakin dikenal oleh masyarakat luar, bahkan mulai menarik perhatian dari pemerintahaan kala itu. Dengan menuai pro dan kontra, komunitas ini tetap ada dan melakukan aktivitas seperti biasa, entah sampai kapan.

Sebuah kisah yang merupakan sebuah gambaran bagi Suku Dayak Hindu -Budha Bumi Segandu Indramayu yang bermukim di wilayah Kampung Segandu, Desa Krimun, Losarang, Indramayu. Komunitas yang memunculkan pro dan kontra di Indramayu, bahkan hingga nasional. Banyak pembelaan yang dilakukan oleh aktivis HAM (?) dan aktivis budaya baik lokal maupun tingkat nasional.
Bagi masyarakat Indramayu sendiri, fatwa MUI seharusnya bukan menjadi polemik yang berkepanjangan, dan juga bukan ajang untuk melakukan ujian terhadap sebuah fatwa, apakah fatwa itu benar atau tidak. Bagi kaum muslimin, jelas apa yang dilakukan oleh komunitas dayak ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Sudah menjadi tugas MUI untuk melindungi akidah Islam dari segala bentuk penyimpangan dan penodaan, hal ini seharusnya tidak diperdebatkan.
Mengenai adanya pembelaan dari beberapa budayawan Indramayu yang mengatakan, bahwa Dayak Bumi Segandu bukanlah sebuah agama atau aliran kepercayaan, bahkan dengan tegas mengatakan bahwa mereka pun beragama, namun seperti masyarakat muslim yang tidak melaksanakan sholat. Sungguh sebuah perumpamaan yang picik kalau tidak mau dikatakan sebuah perumpaan yang mengada-ada. Kita tidak bisa menyamakan aktivitas Dayak Bumi Segandu dengan orang muslim yang tidak sholat, saya tidak akan menjelaskan secara detail, mungkin pembaca sudah bisa memahami hal tersebut.

Jikalah komunitas ini masih meyakini apa yang diajarkan dan keyakinan itu tidak bisa berubah, maka sebaiknya mendaftarkan diri ke Departemen Kebudayaan untuk menjadikannya sebuah aliran atau agama, seperti halnya Konghucu. Itu merupakan jalan tengah, daripada kita sesama warga Indramayu berdebat soal sebuah keyakinan, satu sisi mayoritas masyarakat Indramayu yang notebene adalah muslim, tentu tidak ingin akidahnya terganggu akibat penyebaran sebuah pemahaman yang belum dianggap sah oleh pemerintahan resmi saat ini, dilain pihak, Dayak Bumi Segandhu pun tidak mau melepas keyakinannya itu untuk kembali kepada keyakinan sebelumnya atau keyakinan yang sesuai dengan konsensus nasional. Maka sebuah jalan tengah harus ditempuh, daripada setiap pihak selalu memunculkan argumen masing-masing melalui media.

Sebuah catatan menarik dari komunitas online, ternyata literatur tentang dayak indramayu ini cukup banyak beredar diinternet, dan sempat menjadi perdebatan di dunia facebook. Pada intinya, asal mereka tidak mengganggu dan menimbulkan ancaman, namun memang harus ada kejelasan mengenai status keyakinan mereka sesuai dengan aturan yang berlaku di negara ini.wiralodra.com

Thursday, November 4, 2010

Dhermayu History

Asal Muasal Nama Indramayu

Hikayat yang beredar dari mulut ke mulut menuturkan, alkisah Raden Wiralodra, putra ketiga Tumenggung Gagak Singalodra yang bermukim di daerah Banyuurip, Bagelen, Jawa Tengah, terpanggil untuk mencari dan mengembangkan wilayah di sekitar Sungai Cimanuk.
Di bawah kepemimpinan Wiralodra, wilayah itu berkembang pesat. Karena itu, ia ingin memperluas wilayahnya hingga ke Sumedang. Dengan kesaktiannya, Wiralodra lalu mengubah dirinya menjadi seorang perempuan sangat cantik bernama Nyi Endang Dharma Ayu. Melihat kecantikan Darma Ayu, Adipati Sumedang jatuh hati, lalu memperistrinya.
Sebagai mas kawin, Adipati Sumedang bersedia memenuhi segala permintaan Nyi Darma Ayu yang meminta sebidang tanah seluas kulit kerbau. Ketika digelar, kulit itu membentang luas dari Begelen ke Sumedang. Setelah pernikahan, Nyi Darma Ayu kembali menjadi laki-laki.
Nama Endang Dharma Ayu lalu menjadi asal nama Indramayu. Hingga saat ini masyarakat setempat masih percaya pada hikayat tersebut. Konsekuensinya, mereka menggunakan pesona kecantikan untuk memperbaiki nasib.
Sejarah putra Tumenggung Gagak Singalodra dari Bengelen Jawa Tengah bernama Raden Wiralodra yang mempunyai garis keturunan Majapahit dan Pajajaran, dalam tapa baratanya di kaki Gunung Sumbing mendapat wangsit.
“Hai Wiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di kemudian hari, pergilah kearah matahari terbenam dan carilah lembah Sungai Cimanuk. Manakala telah disana, berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah disana. Kelak tempat itu akan menjadi subur dan makmur serta tujuh turunanmu akan memerintah disana”. Demikianlah bunyi wangsit itu.
R. Wiralodra ditemani Ki Tinggil dan berbekal senjata Cakra Undaksana. Tokoh-tokoh lain dengan pendiri pedukuhan dimaksud adalah Nyi Endang Darma yang cantik dan sakti, Aria Kemuning putra Ki Gede Lurah Agung yang diangkat putra oleh Putri Ong Tien istri Sunan Gunung Jati. Ki Buyut Sidum / Kidang Pananjung seorang pahlawan Panakawan Sri Baduga dari Pajajaran, Pangeran Guru, seorang pangeran dari Palembang yang mengajarkan Kanuragan dengan 24 muridnya.
Pedukuhan tersebut berkembang dan diberi nama “Darma Ayu” oleh R. Wiralodra yang diambil dari nama seorang wanita yang dikagumi karena kecantikan dan tkesaktiannya “Nyi Endang Darma”, serta dapat diartikan “Kewajiaban Yang Utama” atau “Tugas Suci”.

Raden Arya Wiralodra
Setelah 1527, Daerah Indramayu terbagi dalam tiga propinsi meliputi :
Propinsi Singapura, meliputi sebelah timur sampai Sungai Kamal.
Propinsi Rajagaluh, meliputi daerah tengah sampai Jati tujuh.
Propinsi Sumedang, meliputi bagian barat sampai Kandanghaur.
Tahun 1681, mulai dikuasai kompeni.
Zaman pemerintahan Daenles (1806 – 1811) daerah sebelah barat sungai Cimanuk dimasukan dalam prefektur Cirebon Utara. Pada masa ini berada dalam kekuasaan kerajaan Demak. Tahun 1546 menjadi bagian kesultanan Cirebon.
Tahun 1615 sebelah timur Sungai Cimanuk menjadi bagian keultanan Cirebon dan bagian baratnya ermasuk dalam wilayah kerajaan Mataram.
Tahun 1681, mulai dikuasai kompeni. Zaman pemerintahan Daenles (1806 – 1811) daerah sebelah barat sungai Cimanuk dimasukan dalam prefektur Cirebon Utara. Pada zaman kompeni menjadi ajang masuk pertempuran segitiga antara kompeni, Mataran dan Banten. Tahun 1706, Indramayu jatuh kedalam kekuasaan kompeni Belanda seluruhnya seperti halnya dengan daerah-daerah lain, Indramayu mempunyai perjalanan yang sama berada dalam kekuasaan penjajahan.(*)